PENYALAHGUNAAN HUTAN
Di era globalisasi saat ini, masalah
lingkungan kurang begitu di perhatikan. Padahal lingkungan sangatlah berperan
penting bagi kelangsungan makhluk hidup di Bumi. Namun manusia telah bertindak
semena-mena terhadap alam, contohnya penyalahgunaan lingkungan. Sebut saja yang
paling mudah yaitu penyalahgunaan hutan seperti penebangan hutan secara liar.
Indonesia salah satu Negara yang memiliki hutan terluas yaitu sekitar 94 juta
hektar (kurang lebih 49% dari luar daratan Indonesia). Hutan di Indonesia
sangatlah kaya akan keragaman jenis populasi di dalamnya. Bukan fenomena yang
asing lagi bahwa hutan di Indonesia semakin sedikit. Pemberitaan terus bergulir
menginformasikan bahwa setiap jengkal hutan Indonesia yang semakin hilang.
Penebangan liar sudah jelas menjadi
dampak negative bagi kehidupan, sebab hutan sangatlah penting sebagai penjaga
keseimbangan alam. Seperti yang telah kita sering dengar yaitu istilah Global
Warming. Hal tersebut adalah contoh dampak dari penebangan liar. Global
warming terjadi bukan karena asap kendaraan bermotor saja tapi juga
dipengaruhi oleh kondisi hutan yang tidak seimbang. Sudah tahu bukan, bahwa
daun dari pohon bisa menetralisir karbondioksida? Jadi, bisa dikatakan
seandainya hutan masih
terjaga dengan baik mungkin global warming tidak akan
terjadi. Ada dampak lain dari penyalahgunaan hutan yang khususnya penebangan
pohon secara liar yaitu banjir, tanah longsor, dan berkuranya ekosistem yang
berada di dalam hutan tersebut. Kita sebagai manusia yang di beri kelebihan
berupa akal sudah sepatutunya sadar untuk melestarikan hutan sebab merusak
hutan bisa membahayakan dan mengancam kepunahan kehidupan di sekitarnya.
Pemerintah seharusnya segera mengambil sikap yang tegas. Seperti mengadakan
reboisasi di setiap daerah, memperketat penjagaan hutan lindung, dll.
Penebangan illegal menjadi salah satu
masalah besar saat ini. Diperkirakan 70-75 persen kaya di panen secara illegal.
Hal ini pasti merugikan pemerintah hingga ratusan juta atau bahkan miliar di
pajak pemasukan yang hilang. Jumlah hutan-hutan di Indonesia sekarang ini
semakin turun karena di hancurkan dengan penebangan hutan, penambangan,
perkebunan agrikultur dalam skala besar, koloniasasi, dan kativitas lain yang
substansial, seperti memindahkan lahan pertanian dan menebang kayu untuk bahan
bakar. Efek dari berkurangnya jumlah hutan tampak dari aliran sungai yang tidak
biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil-hasil produk dari hutan.
Selain itu hutan tropis juga terancam
kepunahannya. Indonesia menduduki peringkat ke-3 untuk hutan tropis yang
terluas di seluruh dunia. Namun saat ini hutan tropis di Indonesia sedang di
ambang kehancuran. Eksansi perkebunan dalam skala yang sangat besar menjadi
factor utama kehilangan sejumlah besar hutan tropis di Indonesia. Hutan tropis
di Indonesia yang masiih tersisa hanya sekitar 10%. Luas hutan alam asli
Indonesia juga semakin menyusut keberadaanya dengan kecepatan yang
mengkhawatirkan. Hingga sekarang, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72%. Penebangan hutan yang tidak terkendali selama puluhan tahun
menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar besaran. Kita
sebagai makhluk yang sempurna hanya bisa merasakan hasil dari apa yang
kita perbuat. Tingkat kesadaran yang kurang juga menjadi salah satu factor
mengapa hutan di Indonesia semakin menyusut keberadaanya.
UU yang menegaskan tentang
Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Perdarannya,
seolah tidak menjadi cambukan bagi para pembalak hutan dan pencuri kayu
illegal. Luas reboisasi rutin lebih kecil daripada luas reboisasi pembangunan.
Luas reboisasi rutin di perkirakan 1.028 ha dan luas reboisasi pembangunan
40.802 ha. Tentu berbeda sangat jauh bukan? Dari berbagai jenis gangguan
tanaman, perusakan pohon merupakan gangguan terbesar dibanding pecurian pohon
yang mencpai 150.690 pohon. Sedangkan dari kebakaran yang terjadi 586 ha hutan
tercatat 4.887 pohon musnah. Indonesia juga terhitung menghancurkan hutan
sebanyak 300 lapangan sepak bola setiap jamnya.
Pada tahun 2005 ynag lalu Indonesia di
anugrahi Certificate Guinnes World Records sebagai Perusak Hutan Tercepat di
dunia. Yang didasari data-data PBB, tahun 200-2005, rata-rata 51 km2
perhari hutan Indonesia rusak. Dengan menghitung rata-rata kerusakan hutan
Indonesia, PBB merilis Hutan Sumatra dan Kalimantan akan punah pada tahun 2032.
Namun rilis resmi ini di ralat pada tahun 2007. Hal tersebut di latar belakangi
oleh perusakan dan penggundulan hutan yang masih terus berjalan dan jauh lebih
cepat dari yang di perkirakan. Menurut PBB hutan Sumatra dan hutan Kalimantan
di perkirakan akan punah pada tahun 2022 atau 9 tahun dari sekarang. Sangatlah
tragis dan menyedihkan apabila kita mengingat Indonesia di antara Negara-negara
yang tutupan hutannya masih tersisa sangat luas. Tapi, Indonesia menyandang
sebagai perusak hutan tercepat.
Menitik lemahnya pemerintah dalam
memberantas paru pelaku pembalakan liar dan illegal logging, kemungkinan besar
pada masa mendatang hutan Indonesia hanya bisa kita lihat keberadaanya di
museum.Tentunya kita tidak mau bukan? Manuisa harus cepat-cepat mengambil
tindakan mengenai hal ini. Membenahi hutan dengan segera ataukah menunggu
Negara Indonesia dilanda bencana dasyat akibat perusakan yang terus-menerus.
Hanya hati nurani kita yang dapat menjawab. Peduli atau tidak sama sekali !
Jika kita merasa mampu dan berpotensi
memerangi kerusakan hutan, kita dapat mewujudkannya secara langsung di
kehidupan sehari-hari. Tidak selalu langkah besar, terkadang langkah kecil yang
dilakukan secara kolektif cenderung lebih efektif dan memberi kontribusi yang
besar. Tidak perlu kuat, kaya, ataupun terpandang untuk melakukan
perubahan. Perubahan ada pada pribadi yang berani mencoba dan tidak membatasi
diri. Kalau kita hanya menunggu datangnya perubahan dari pihak-pihak yang
berkuasa saja, kita terus menjadi pasif, menunggu tanpa ada perbuatan real,
sama saja dengan terus membiarkan hutan dan alam semakin buruk.
Sebaliknya dengan secara aktif bertindak, kita menginspirasi orang-orang
di sekitar kita, dari populasi menjadi komunitas, lalu menjadi masyarakat
yang peduli , berani maju untuk melindungi hutan dan alam ini.
Sekarang saatnya untuk peduli, bukan nanti ataupun besok. Tetapi di detik ini
juga, wujudkan kepedulian dalam tindakan yang nyata. Peduli merupakan kekuatan
besar, dasar dari segala upaya kita untuk kehidupan yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar