Sabtu, 16 Februari 2013



PENYALAHGUNAAN HUTAN

Di era globalisasi saat ini, masalah lingkungan kurang begitu di perhatikan. Padahal lingkungan sangatlah berperan penting bagi kelangsungan makhluk hidup di Bumi. Namun manusia telah bertindak semena-mena terhadap alam, contohnya penyalahgunaan lingkungan. Sebut saja yang paling mudah yaitu penyalahgunaan hutan seperti penebangan hutan secara liar. Indonesia salah satu Negara yang memiliki hutan terluas yaitu sekitar 94 juta hektar (kurang lebih 49% dari luar daratan Indonesia). Hutan di Indonesia sangatlah kaya akan keragaman jenis populasi di dalamnya. Bukan fenomena yang asing lagi bahwa hutan di Indonesia semakin sedikit. Pemberitaan terus bergulir menginformasikan bahwa setiap jengkal hutan Indonesia yang semakin hilang.
Penebangan liar sudah jelas menjadi dampak negative bagi kehidupan, sebab hutan sangatlah penting sebagai penjaga keseimbangan alam. Seperti yang telah kita sering dengar yaitu istilah Global Warming. Hal tersebut adalah contoh dampak dari penebangan liar. Global warming terjadi bukan karena asap kendaraan bermotor saja tapi juga dipengaruhi oleh kondisi hutan yang tidak seimbang. Sudah tahu bukan, bahwa daun dari pohon bisa menetralisir karbondioksida? Jadi, bisa dikatakan seandainya hutan masih
terjaga dengan baik mungkin global warming tidak akan terjadi. Ada dampak lain dari penyalahgunaan hutan yang khususnya penebangan pohon secara liar yaitu banjir, tanah longsor, dan berkuranya ekosistem yang berada di dalam hutan tersebut. Kita sebagai manusia yang di beri kelebihan berupa akal sudah sepatutunya sadar untuk melestarikan hutan sebab merusak hutan bisa membahayakan dan mengancam kepunahan kehidupan di sekitarnya. Pemerintah seharusnya segera mengambil sikap yang tegas. Seperti mengadakan reboisasi di setiap daerah, memperketat penjagaan hutan lindung, dll.
Penebangan illegal menjadi salah satu masalah besar saat ini. Diperkirakan 70-75 persen kaya di panen secara illegal. Hal ini pasti merugikan pemerintah hingga ratusan juta atau bahkan miliar di pajak pemasukan yang hilang. Jumlah hutan-hutan di Indonesia sekarang ini semakin turun karena di hancurkan dengan penebangan hutan, penambangan, perkebunan agrikultur dalam skala besar, koloniasasi, dan kativitas lain yang substansial, seperti memindahkan lahan pertanian dan menebang kayu untuk bahan bakar. Efek dari berkurangnya jumlah hutan tampak dari aliran sungai yang tidak biasa, erosi tanah, dan berkurangnya hasil-hasil produk dari hutan.
Selain itu hutan tropis juga terancam kepunahannya. Indonesia menduduki peringkat ke-3 untuk hutan tropis yang terluas di seluruh dunia. Namun saat ini hutan tropis di Indonesia sedang di ambang kehancuran. Eksansi perkebunan dalam skala yang sangat besar menjadi factor utama kehilangan sejumlah besar hutan tropis di Indonesia. Hutan tropis di Indonesia yang masiih tersisa hanya sekitar 10%. Luas hutan alam asli Indonesia juga semakin menyusut keberadaanya dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hingga sekarang, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%. Penebangan hutan yang tidak terkendali selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar besaran. Kita sebagai makhluk yang sempurna hanya bisa merasakan hasil  dari apa yang kita perbuat. Tingkat kesadaran yang kurang juga menjadi salah satu factor mengapa hutan di Indonesia semakin menyusut keberadaanya. 
UU yang menegaskan tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Perdarannya, seolah tidak menjadi cambukan bagi para pembalak hutan dan pencuri kayu illegal. Luas reboisasi rutin lebih kecil daripada luas reboisasi pembangunan. Luas reboisasi rutin di perkirakan 1.028 ha dan luas reboisasi pembangunan 40.802 ha. Tentu berbeda sangat jauh bukan? Dari berbagai jenis gangguan tanaman, perusakan pohon merupakan gangguan terbesar dibanding pecurian pohon yang mencpai 150.690 pohon. Sedangkan dari kebakaran yang terjadi 586 ha hutan tercatat 4.887 pohon musnah. Indonesia juga terhitung menghancurkan hutan sebanyak 300 lapangan sepak bola setiap jamnya.
Pada tahun 2005 ynag lalu Indonesia di anugrahi Certificate Guinnes World Records sebagai Perusak Hutan Tercepat di dunia. Yang didasari data-data PBB, tahun 200-2005, rata-rata 51 km2 perhari hutan Indonesia rusak. Dengan menghitung rata-rata kerusakan hutan Indonesia, PBB merilis Hutan Sumatra dan Kalimantan akan punah pada tahun 2032. Namun rilis resmi ini di ralat pada tahun 2007. Hal tersebut di latar belakangi oleh perusakan dan penggundulan hutan yang masih terus berjalan dan jauh lebih cepat dari yang di perkirakan. Menurut PBB hutan Sumatra dan hutan Kalimantan di perkirakan akan punah pada tahun 2022 atau 9 tahun dari sekarang. Sangatlah tragis dan menyedihkan apabila kita mengingat Indonesia di antara Negara-negara yang tutupan hutannya masih tersisa sangat luas. Tapi, Indonesia menyandang sebagai perusak hutan tercepat.
Menitik lemahnya pemerintah dalam memberantas paru pelaku pembalakan liar dan illegal logging, kemungkinan besar pada masa mendatang hutan Indonesia hanya bisa kita lihat keberadaanya di museum.Tentunya kita tidak mau bukan? Manuisa harus cepat-cepat mengambil tindakan mengenai hal ini. Membenahi hutan dengan segera ataukah menunggu Negara Indonesia dilanda bencana dasyat akibat perusakan yang terus-menerus. Hanya hati nurani kita yang dapat menjawab. Peduli atau tidak sama sekali !
Jika kita merasa mampu dan berpotensi memerangi kerusakan hutan, kita dapat  mewujudkannya secara langsung di kehidupan sehari-hari. Tidak selalu langkah besar, terkadang langkah kecil yang dilakukan secara kolektif cenderung lebih efektif dan memberi kontribusi yang besar. Tidak perlu  kuat, kaya, ataupun terpandang untuk melakukan perubahan. Perubahan ada pada pribadi yang berani mencoba dan tidak membatasi diri. Kalau kita hanya menunggu datangnya perubahan dari pihak-pihak yang berkuasa saja, kita terus menjadi pasif, menunggu tanpa ada perbuatan real, sama saja dengan  terus  membiarkan hutan dan alam semakin buruk. Sebaliknya dengan secara aktif bertindak, kita menginspirasi  orang-orang di sekitar kita, dari populasi menjadi komunitas, lalu  menjadi masyarakat yang peduli , berani maju untuk melindungi  hutan  dan alam ini. Sekarang saatnya untuk peduli, bukan nanti ataupun besok. Tetapi di detik ini juga, wujudkan kepedulian dalam tindakan yang nyata. Peduli merupakan kekuatan besar, dasar dari segala upaya kita untuk kehidupan yang lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar